Selasa, 11 Oktober 2011

a Letter to Adam...

Dear my Adam…
Apa kabarmu disana?
Sudah berapa banyak kaummu yang berhasil menemukan kami?
Sudahkah kau berusaha untuk tidak melewatkan kami?
Bukankah sejatinya itu adalah tugas kalian?
Menemukan salah satu dari kami yang terserak di antara begitu banyak rangkaian teka-teki yang diciptakan olehNya semata-mata agar hidup lebih indah dan bermakna.
Aku dan kaumku yang lain tercipta dari sebuah tulang rusukmu…
Tidak sakitkah hidup dengan satu tulang rusuk terpisah?
Tidak inginkah kembali menyatukannya?
Tidakkah kalian ingin tau siapa salah satu dari kami yang nanti akan menemani kalian menjadi tua?
Bukankah sudah terlalu lama kalian menjalani hidup kalian sendiri tanpa ada kami yang mendampingi?
Maka itulah, temukan kami, sudah saatnyalah kami ada untuk kalian, kita diciptakan untuk bersama, untuk saling melengkapi, menjalani hidup bersama, menanggung duka dan suka yang tercipta…
Tanpa terlebih dulu tau siapa dari kalian yang akan menemani satu dari kami, telah kami sisipkan rindu untukmu di setiap malam-malam kami, telah kami selipkan doa agar kau selalu bahagia hingga pertemuan kita nanti, pun telah kami siapkan cinta yang begitu besar yang mungkin belum pernah kau bayangkan atau bahkan kau dapatkan sebelumnya. Itu semua karena kami adalah pelengkapmu.
Bukan lantas aku ingin mengatakan bahwa kalianlah yang lebih membutuhkan kami, sehingga kami bisa tanpa kalian, karena kenyataannya kita berdua saling membutuhkan…
Pernahkah kalian mendengar ungkapan: “woman, without her, man is nothing…” atau: “woman, without her man is nothing”. Ungkapan itu sedang memperbincangkan kita. Ungkapan itu tentang kita. Ungkapan itu mempertanyakan siapa dari kita yang lebih penting dari siapa. Keduanya tentu memiliki makna yang sangat berbeda. Namun bagiku, walau berbeda, tak satupun dari ungkapan itu yang salah.
Karena memang untuk itulah Hawa diciptakan olehNya, untuk menemani Adam. That’s why, both of us will be perfect.
Wahai Adamku, jika kau menerima dan membaca surat ini, ketahuilah aku dan kaumku yang lain sedang menunggu kedatanganmu dan kaummu dalam hidup kami. Jika kau telah merasa lelah sendiri maka segerakanlah datang. Jangan terlalu lama jauh dari kami. Selamatkan kami dari kesendirian dan ketidaklengkapan ini. Lindungi kami dari kesalahan menyerahkan cinta ini kepada adam lain yang salah, cinta yang begitu besar yang harusnya hanya untukmu. Namun tak perlu takut, karena hingga waktu itu tiba, kami akan dengan sepenuh hati dan segenap jiwa berusaha menunggu dan menjaga kesucian cinta ini hanya untukmu, Adamku…
Can’t wait to see you soon my Adam…
Full of love
Your hawa

Rabu, 28 September 2011

Treat me like a professional actress!


Jika suatu saat nanti kau mengajakku bertemu, jika ingin bicara tentang kita, jika ingin memberitahuku bahwa kau sama sekali tidak mencintaiku seperti aku mencintaimu, jika ingin memberitahuku bahwa perhatian dan kasih sayangku selama ini padamu sangat mengganggumu sehingga kau ingin aku berhenti melakukannya mulai sekarang, bahwa kau kini telah menemukan orang yang kau sayangi, menyuruhku melanjutkan hidupku tanpamu di dalamnya atau mungkin bahkan kau telah membawa sebuah undangan pernikahan indah berhiaskan pita di atasnya untuk kemudian kau serahkan padaku agar aku bisa hadir di hari kau mengikrarkan kebahagiaanmu dengan wanita beruntung itu, jika kau ingin membuatku untuk kesekian kalinya terluka karenamu meskipun sebenarnya aku tau kau tak sengaja melakukannya, aku pastikan aku akan datang menemuimu. Aku, dengan segenap kekuatanku akan berusaha berdiri tegar di hadapnmu, menerima apapun yang akan keluar dari mulutmu. Mungkin saat kau belum selesai dengan pembicaraanmu,, mataku akan terlihat sedikit berair., tak usah hiraukan, lanjutkan saja apa yang ingin kau katakan tanoa harus ada yang ditutup-tutupi, anggap saja mataku berair karena tiba-tiba angin membawa debu kecil masuk ke dalam mataku. Jika setelah kau selesai bicara aku terdiam, bisakah aku meminta sedikit waktu berhargamu untuk menenangkan diri berusaha menerima kenyataan yang baru saja kau katakan, aku harap kau bisa sabar dan mau mengerti diamku itu. Mungkin setelah kurasa cukup lama aku membuatmu menungguku terdiam, aku akan memaksakan tersenyum dengan sisa-sisa kekuatanku yang aku kumpulkan. Namun jika senyum itu ternyata masih terlihat palsu di matamu, bisakah kau berpura-pura tidak tau saja dan menganggapku benar-benar orang yang kuat, karena hanya itulah satu-satunya perisai yang bisa aku gunakan untuk berlindung atau lebih tepatnya bersembunyi dari kenyataan. Aku sudah berusaha semampuku untuk memberikanmu senyuman itu, jadi aku minta, kau bisa sedikit menghargainya dengan tidak membongkar kepalsuan senyumku. Setelah itu aku juga akan berusaha untuk tidak mengecewakanmu, akan kuucapkan beberapa patah kata untuk menunjukkan bahwa aku masih pendengar yang baik untukmu tanpa perlu kau tau betapa kata-katamu menusuk sakit telingaku. Jika saat aku bicara, suaraku terdengar pelan dan bergetar, abaikan saja, anggaplah aku sedang mengalami gangguan tenggorokan atau pikirkan saja aku sedang kena flu, cukup dengarkan apa yang akan aku katakan padamu. Setelah aku selesai dengan kata-kataku, kemungkinan besar aku akan berbohong bahwa aku sudah ada janji dengan orang lain setelah ini, jadi aku harus segera pergi. Meskipun terdengar klise bagimu, tapi aku mohon percayalah, berpura-puralah percaya padaku. Tidak ada sedikitpun niatku untuk membodohimu, hanya saja aku tak akan bisa bicara terlalu banyak, aku hanya bisa sedikit sekali bicara saat itu, bukan karena aku tak ingin lebih lama lagi bersama denganmu, tapi karena sudah tak ada lagi kekuatan yang tersisa, jika kau menahanku satu detik saja maka di tempat kita berdiri ini akan banjir oleh air mataku, jadi jangan berusaha menahanku dan ijinkan aku pergi begitu aku selesai dengan kata-kataku. Saat pembicaraan kita usai, aku akan memilih jalan pulang yang berbeda denganmu, dan saat kita berjalan berlawanan arah, teruslah berjalan, tak usah hiraukan apapun yang kau dengar, aku hanya takut isak tangisku tedengar olehmu, jadi lakukan saja apa yang aku minta, dengan begitu maka aku telah berhasil memainkan peranku dengan baik. Tapi jika baru beberapa langkah saja kau berhenti dan memanggilku kembali, kau akan tau bahwa debu kecil yang tadi masuk ke mataku itu telah membuatnya meneteskan begitu banyak air mata hingga membasahi wajah ini. Jika ini benar-benar terjadi, kau tak perlu khawatir, aku akan langsung menyisipkan sebuah senyuman di sela isak tangisku itu, jadi kau bisa dengan mudah menganggapnya sebagai tangis bahagiaku untukmu. Bagaimana mungkin aku tidak bahagia melihat kamu, orang yang paling aku sayangi bahagia? Ya kan? Jadi aku mohon, segera palingkan lagi dirimu membelakangiku, lanjutkan saja langkahmu, dan jangan pernah lagi menoleh ke arahku, karena jika itu kau lakukan mungkin aku takkan sanggup menahan diriku lagi. Aku berjanji aku akan baik-baik saja. Bukankah sejak awal aku bahkan tidak pernah memilikimu sedetikpun? Jadi yang harus aku lakukan hanyalah berusaha mengikhlaskanmu pergi, seperti yang selama ini sudah aku lakukan, hanya saja kali ini untuk selamanya. Tapi aku ingin kau tau bahwa aku juga akan mendoakan semoga kau selalu bahagia dan selalu dikelilingi oleh cinta, dan jika boleh, kabulkanlah keinginan terakhirku, bolehkah aku menitipkan kisah cinta kita dalam kebahagiaanmu? Cukup ingat aku sebagai masa lalumu, cukup sediakan sedikit saja ruang di hatimu, tak perlu luas, aku hanya minta sedikit saja agar kau tak pernah melupakanku, setidaknya aku ini pernah jadi sahabatmu kan? Tidak bisakah aku meninta sedikit imbalan untuk itu? Tidak bisakah kau melakukannya untuk seorang mantan sahabat? Aku akan sangat berterima kasih padamu jika kau mau menyimpan kenangan kita di hatimu. Karena hanya bersama kenangan itulah aku bisa tinggal di dalam hatimu.


By: Siput Maniz
September 4th, 2011