Jumat, 21 September 2012

(Tak perlu) Surat Kecil untuk Tuhan


(Tak perlu) Surat Kecil untuk Tuhan

To: Tuhanku Allah.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Tuhan…
Apa kabar Kau disana? Pasti baik-baik saja kan…
Ini aku, hambaMu yang masih selalu belajar untuk selalu beriman padaMu…
Kau pasti tau aku yang mana kan Tuhan?
Pasti tidak sulit bagiMu menemukanku disini, di antara umat-umatMu yang lain… saat aku menulis surat ini, aku sedang mengenakan setelan bernuansa abu-abu, aku memberitahuMu ini hanya untuk agar Kau bisa dengan sangat cepat melihatku…hehe…tapi, pasti Kau sama sekali tidak butuh itu kan? Kaulah yang menciptakanku…aku memakai busana apa hari ini pun pasti atas campur tangan dan ijinMu…
Kau pasti tau persis seperti apa aku, semancung apa hidungku, sesipit apa mataku, se-chubby apa pipiku, setinggi apa aku, semua justru Kaulah yang paling tau…sedang senangkah aku, sedang sedihkah, marahkah, kecewakah, atau galaukah, itu juga Kau pasti sudah sangat tau…
Tapi tunggu dulu, jika Kau sudah bisa tau semuanya, itu artinya Kau bahkan juga bisa tau lebih cepat sebelum tinta yang kugunakan ini menorehkan apa yang ingin aku tuliskan di suratku ini kan?
Lantas untuk apa lagi aku mengirimkan surat kecil ini untukMu?
Aku bahkan cukup berbagi denganMu lewat hatiku, dan Kau sudah sangat mampu memahamiku dengan sangat baik. Tidak hanya itu, Kau juga menyediakan solusi-solusi yang sangat jitu.
Dan lagi, setelah aku pikir-pikir, setelah surat ini jadi pun, aku tidak tau harus mengirimkannya kemana? Aku tidak punya alamatMu, Tuhan…Adakah tukang pos yang bisa mengantarkannya langsung padaMu? Atau aku kirimkan saja suratku ini ke masjid? Bukankah mereka bilang masjid itu rumah Allah, itu artinya disanalah Kau tinggal. Tapi, masjid ada banyak, di masjid yang mana kau berada saat ini? apa rumahMu jauh?
Hmmmm, kira-kira berapa uang yang aku butuhkan untuk membeli perangkonya? Dan berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh suratku ini untuk bisa sampai di tanganMu Tuhan? Aku jadi bingung…Kau dimana?
Atau mungkin aku memang seharusnya tidak perlu repot-repot mengirimkan surat padaMu hanya untuk mengobrol denganMu…Kau Maha Pendengar, Kau pasti sudah tau isi curhatku bahkan saat aku masih menyimpannya dalam hati saja…
Aku tau sekarang dimana aku bisa menemukanMu!
Kau akan selalu ada untukku selama aku mengingatMu, Kau akan selalu hadir saat aku membutuhkan pertolongan dariMu…
RumahMu sama sekali tidak jauh, bahkan sangat dekat, Kau selalu ada disini kan Tuhan? Iya, disini, di dalam hatiku…
Terima kasih Tuhan untuk itu…
Oiya! Sudah dulu ya Tuhan, aku sudah terlalu lama meninggalkan kewajibanku demi untuk curhat padaMu…tanpa harus aku sebutkan, Kau pasti sudah bisa tau kewajiban apa yang aku maksud…maafkan aku untuk itu ya Tuhan…
Terima kasih sudah mau ngobrol denganku…
Sampai jumpa lagi Tuhan dengan ceritaku selanjutnya,,, segera…..
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh…
Dg penuh Hormat dan Cinta
Putri ^_^

By Siput_September 21st 2012: 10.05 am


…S.E.N.D.I.R.I.A.N…

Tak perlu harus berada seorang diri tanpa ada orang lain di suatu tempat yang sunyi sepi untuk bisa dikatakan sendirian…
Terkadang di antara keramaian, gelak tawa orang-orang di sekitarku, aku pun masih merasa sendiri…
Harusnya dari awal aku sudah paham, ini semua bukan milikku, ini hanya pinjaman.
Harusnya aku juga mengerti bahwa akan ada masanya ini semua menjadi milik orang lain.
Dan harusnya aku tidak perlu menangis jika tiba masa itu…
Masa dimana tawa dan canda yang kita bagi tak lagi seperti dulu… masa dimana air mata tak berani kulinangkan lagi di depanmu karena takut membebanimu… masa dimana kebersamaan hanya dijadikan kewajiban, keharusan tanpa ada lagi ketulusan dan keinginan dari masing-masing hati kita… masa dimana aku merasa setiap diri kita memakai topeng yang telah membenamkan diri kita yang sebenarnya yang pada akhirnya membuat kita tidak dapat lagi saling mengerti… masa dimana meskipun kita sering bersama tapi tetap merasa semuanya sudah berubah dan ada sesuatu yang hilang sehingga aku, sendirian…
Tapi di balik itu semua, setiap kali aku merasa sendirian, aku harus bersabar karena Allah bersama orang-orang yang sabar. Dengan begitu maka aku tidak akan pernah lagi sendirian. Allah selalu ada bersamaku…

By Siput_February 3rd, 2010

"Putih Vs Bersih?"


 “Putih Vs Bersih?”

Tidak malukah kau padanya?
Bukankah ironis bila kau bandingkan hidupmu dengannya?
Kau, yang meski telah dilimpahi harta benda duniawi namun tetap saja rakus seperti tikus saat melihat ada keju di depan hidungmu yang bahkan bukan milikmu!
Kau, yang berbusana rapi dan semerbak mewangi, tak peduli berapapun banyaknya botol parfum kau kosongkan demi mempesonakan orang-orang di sekitarmu dengan bau palsumu itu, ketahuilah, kau akan tetap tercium busuk di depanNya…
Tak peduli merk sabun terkenal yang kau pakai untuk membersihkan tubuhmu, kau tetap akan kotor di hadapanNya…
Sekarang bandingkan hidupmu dengan hidupnya…!
Bahkan lelaki tua renta yang setiap pagi berangkat memungut kehidupan di tong sampah pun pasti menyempatkan diri dan tau bagaimana membersihkan dirinya…
Parfum? Ia bahkan mungkin tak tau apa itu, ia tak butuh itu… toh yang akan ia kerjakan bukan merubah bau menyengat sampah menjadi wangi melati…
Sabun? Tak perlu bermerk, asal murah dan bersih sudah lebih dari cukup baginya..
Tapi ia akan tetap selalu bersih…hatinya…hatinyalah yang akan selalu bersih…
Karena yang kotor dan busuk hanyalah tempat ia mencari nafkah, tapi ia selalu berupaya untuk tetap menjaga kebersihan rizki yang dicarinya…
Karena tukang sampah hanyalah pekerjaannya saja, tapi peran yang ia mainkan bukan hanya itu.  Ia bisa jadi adalah seorang suami, seorang suami yang cinta mati pada istrinya. Yang demi bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang imam, pekerjaan itu ia lakukan. Ia bisa jadi adalah juga seorang ayah, seorang ayah yang begitu dicinta anak-anaknya. Yang demi melihat anak-anaknya berseragam ke sekolah, ia rela berbaju penuh noda karena sampah. Yang mencurahkan seluruh hidup dan matinya agar keluarga yang Tuhan titipkan padanya, yang ia kasihi dengan sepenuh jiwa tak perlu merasakan kotor dan bau sampah seperti dirinya. Ia bisa jadi seorang hamba Tuhan yang begitu taat. Yang mampu percaya bahwa apapun yang dituliskan dalam hidupnya itulah cara Tuhan menyayangi umatNya. Yang mampu tetap kukuh, yakin bahwa sesulit apapun, seterjal apapun jalan hidup yang harus ia lewati, ia tetap harus selalu memilih untuk menapaki jalan yang diridhoiNya…
Sekarang kalian mengerti bukan?
“Putih tidak selamanya bersih…dan bersih juga tidak selalu harus putih…”

By Siput_ September 21st 2012: 8.21 am

I wanna be Ur Home


I wanna be Ur Home

Jika kau mau, kau boleh menganggapku sebagai “rumah”mu…
Bukankah pemilik rumah tak perlu mendapat ijin dari rumahnya setiap saat ia ingin pergi kemanapun, kapanpun, bersama siapapun dan selama apapun…
Begitupun denganmu, aku tak mungkin menguncimu untuk selalu ada bersamaku…kau pun masih bebas…bebas pergi kemanapun, kapanpun, bersama siapapun dan selama apapun…
Yang bisa aku lakukan jika itu terjadi hanyalah menunggumu, di tempat yang sama saat kau meninggalkanku…berharap kau akan membagi semua ceritamu kepadaku begitu kembali…
Kalaupun seandainya kau tak pernah kembali, aku pun hanya akan menunggumu…
Jika tiba-tiba hujan badai datang dan kau tak temukan tempat untuk berlindung, jika ternyata terik  matahari terasa begitu menyengatmu, jika malam pun sedang tak bersahabat menyerangmu dengan dinginnya yang teramat sangat, jika tiba saatnya kau telah lelah menghadapi duniamu, atau mungkin kau telah merasa bosan berada di luar sana, maka pulanglah, pulanglah ke rumahmu…
Rumah yang akan selalu menjagamu dan memberikanmu perlindungan, rumah yang selalu membuatmu aman dan nyaman, rumah yang akan selalu menghadirkan cinta, kasih, dan sayang untuk pemiliknya, rumah yang akan dengan mudah kau temukan kembali meski kau telah meninggalkannya untuk waktu yang cukup lama…
Karena seperti janji si rumah, ia akan tetap diam menunggumu di tempat yang sama saat kau pergi meninggalkannya…
Karena , aku adalah rumahmu, dan karena hanya kaulah pemilikku…

By Siput_July 29th 2011

Teruntukmu...Ibu...


Teruntukmu…Ibu…

Bagaimana bisa?
Hanya cinta yang terpancar dari dalam dirimu…
Tak peduli seberapa sering amarahku kulampiaskan padamu, tak peduli seberapa keras teriakanku padamu, tak terhitung lagi sudah berapa banyak luka yang kutorehkan di hatimu dan kau kubuat kecewa hingga meneteskan butiran lembut air mata..untukku…
Tak terhingga sudah tingginya tumpukan dosa tercatat karena durhakaku padamu…
Tapi,,,kau membalasnya hanya dengan cinta..
Di senyummu, gelak tawa, doa, air mata bahkan di balik gejolak hatimu hanyalah cinta alasannya.
Seakan takkan pernah habis cinta, kasih, sayang dan sabarmu untukku…
Seakan tak pernah kering sumur pengampunan dosamu untuk sucikanku…
Dan takkan pernah lelah kau baluri aku dengan doa sucimu…
Aku takkan pernah mampu membalas semua itu… hingga akhirnya hanya doa tulus sederhana yang bisa kupanjatkan untukmu, hanya untukmu…
“Ya Allah, lindungilah, rahmatilah, dan bahagiakan dia selalu, karena sesungguhnya aku teramat sangat menyayangi dia. Terimakasih Ya Allah, Engkau telah memilih dan menjadikannya ibuku, ibuku tersayang…”
Selamat Ulang Tahun Buk…Aku sayaaaaaaaang Ibuk…^_^

By Siput_February 20th, 2010

Selasa, 11 Oktober 2011

a Letter to Adam...

Dear my Adam…
Apa kabarmu disana?
Sudah berapa banyak kaummu yang berhasil menemukan kami?
Sudahkah kau berusaha untuk tidak melewatkan kami?
Bukankah sejatinya itu adalah tugas kalian?
Menemukan salah satu dari kami yang terserak di antara begitu banyak rangkaian teka-teki yang diciptakan olehNya semata-mata agar hidup lebih indah dan bermakna.
Aku dan kaumku yang lain tercipta dari sebuah tulang rusukmu…
Tidak sakitkah hidup dengan satu tulang rusuk terpisah?
Tidak inginkah kembali menyatukannya?
Tidakkah kalian ingin tau siapa salah satu dari kami yang nanti akan menemani kalian menjadi tua?
Bukankah sudah terlalu lama kalian menjalani hidup kalian sendiri tanpa ada kami yang mendampingi?
Maka itulah, temukan kami, sudah saatnyalah kami ada untuk kalian, kita diciptakan untuk bersama, untuk saling melengkapi, menjalani hidup bersama, menanggung duka dan suka yang tercipta…
Tanpa terlebih dulu tau siapa dari kalian yang akan menemani satu dari kami, telah kami sisipkan rindu untukmu di setiap malam-malam kami, telah kami selipkan doa agar kau selalu bahagia hingga pertemuan kita nanti, pun telah kami siapkan cinta yang begitu besar yang mungkin belum pernah kau bayangkan atau bahkan kau dapatkan sebelumnya. Itu semua karena kami adalah pelengkapmu.
Bukan lantas aku ingin mengatakan bahwa kalianlah yang lebih membutuhkan kami, sehingga kami bisa tanpa kalian, karena kenyataannya kita berdua saling membutuhkan…
Pernahkah kalian mendengar ungkapan: “woman, without her, man is nothing…” atau: “woman, without her man is nothing”. Ungkapan itu sedang memperbincangkan kita. Ungkapan itu tentang kita. Ungkapan itu mempertanyakan siapa dari kita yang lebih penting dari siapa. Keduanya tentu memiliki makna yang sangat berbeda. Namun bagiku, walau berbeda, tak satupun dari ungkapan itu yang salah.
Karena memang untuk itulah Hawa diciptakan olehNya, untuk menemani Adam. That’s why, both of us will be perfect.
Wahai Adamku, jika kau menerima dan membaca surat ini, ketahuilah aku dan kaumku yang lain sedang menunggu kedatanganmu dan kaummu dalam hidup kami. Jika kau telah merasa lelah sendiri maka segerakanlah datang. Jangan terlalu lama jauh dari kami. Selamatkan kami dari kesendirian dan ketidaklengkapan ini. Lindungi kami dari kesalahan menyerahkan cinta ini kepada adam lain yang salah, cinta yang begitu besar yang harusnya hanya untukmu. Namun tak perlu takut, karena hingga waktu itu tiba, kami akan dengan sepenuh hati dan segenap jiwa berusaha menunggu dan menjaga kesucian cinta ini hanya untukmu, Adamku…
Can’t wait to see you soon my Adam…
Full of love
Your hawa

Rabu, 28 September 2011

Treat me like a professional actress!


Jika suatu saat nanti kau mengajakku bertemu, jika ingin bicara tentang kita, jika ingin memberitahuku bahwa kau sama sekali tidak mencintaiku seperti aku mencintaimu, jika ingin memberitahuku bahwa perhatian dan kasih sayangku selama ini padamu sangat mengganggumu sehingga kau ingin aku berhenti melakukannya mulai sekarang, bahwa kau kini telah menemukan orang yang kau sayangi, menyuruhku melanjutkan hidupku tanpamu di dalamnya atau mungkin bahkan kau telah membawa sebuah undangan pernikahan indah berhiaskan pita di atasnya untuk kemudian kau serahkan padaku agar aku bisa hadir di hari kau mengikrarkan kebahagiaanmu dengan wanita beruntung itu, jika kau ingin membuatku untuk kesekian kalinya terluka karenamu meskipun sebenarnya aku tau kau tak sengaja melakukannya, aku pastikan aku akan datang menemuimu. Aku, dengan segenap kekuatanku akan berusaha berdiri tegar di hadapnmu, menerima apapun yang akan keluar dari mulutmu. Mungkin saat kau belum selesai dengan pembicaraanmu,, mataku akan terlihat sedikit berair., tak usah hiraukan, lanjutkan saja apa yang ingin kau katakan tanoa harus ada yang ditutup-tutupi, anggap saja mataku berair karena tiba-tiba angin membawa debu kecil masuk ke dalam mataku. Jika setelah kau selesai bicara aku terdiam, bisakah aku meminta sedikit waktu berhargamu untuk menenangkan diri berusaha menerima kenyataan yang baru saja kau katakan, aku harap kau bisa sabar dan mau mengerti diamku itu. Mungkin setelah kurasa cukup lama aku membuatmu menungguku terdiam, aku akan memaksakan tersenyum dengan sisa-sisa kekuatanku yang aku kumpulkan. Namun jika senyum itu ternyata masih terlihat palsu di matamu, bisakah kau berpura-pura tidak tau saja dan menganggapku benar-benar orang yang kuat, karena hanya itulah satu-satunya perisai yang bisa aku gunakan untuk berlindung atau lebih tepatnya bersembunyi dari kenyataan. Aku sudah berusaha semampuku untuk memberikanmu senyuman itu, jadi aku minta, kau bisa sedikit menghargainya dengan tidak membongkar kepalsuan senyumku. Setelah itu aku juga akan berusaha untuk tidak mengecewakanmu, akan kuucapkan beberapa patah kata untuk menunjukkan bahwa aku masih pendengar yang baik untukmu tanpa perlu kau tau betapa kata-katamu menusuk sakit telingaku. Jika saat aku bicara, suaraku terdengar pelan dan bergetar, abaikan saja, anggaplah aku sedang mengalami gangguan tenggorokan atau pikirkan saja aku sedang kena flu, cukup dengarkan apa yang akan aku katakan padamu. Setelah aku selesai dengan kata-kataku, kemungkinan besar aku akan berbohong bahwa aku sudah ada janji dengan orang lain setelah ini, jadi aku harus segera pergi. Meskipun terdengar klise bagimu, tapi aku mohon percayalah, berpura-puralah percaya padaku. Tidak ada sedikitpun niatku untuk membodohimu, hanya saja aku tak akan bisa bicara terlalu banyak, aku hanya bisa sedikit sekali bicara saat itu, bukan karena aku tak ingin lebih lama lagi bersama denganmu, tapi karena sudah tak ada lagi kekuatan yang tersisa, jika kau menahanku satu detik saja maka di tempat kita berdiri ini akan banjir oleh air mataku, jadi jangan berusaha menahanku dan ijinkan aku pergi begitu aku selesai dengan kata-kataku. Saat pembicaraan kita usai, aku akan memilih jalan pulang yang berbeda denganmu, dan saat kita berjalan berlawanan arah, teruslah berjalan, tak usah hiraukan apapun yang kau dengar, aku hanya takut isak tangisku tedengar olehmu, jadi lakukan saja apa yang aku minta, dengan begitu maka aku telah berhasil memainkan peranku dengan baik. Tapi jika baru beberapa langkah saja kau berhenti dan memanggilku kembali, kau akan tau bahwa debu kecil yang tadi masuk ke mataku itu telah membuatnya meneteskan begitu banyak air mata hingga membasahi wajah ini. Jika ini benar-benar terjadi, kau tak perlu khawatir, aku akan langsung menyisipkan sebuah senyuman di sela isak tangisku itu, jadi kau bisa dengan mudah menganggapnya sebagai tangis bahagiaku untukmu. Bagaimana mungkin aku tidak bahagia melihat kamu, orang yang paling aku sayangi bahagia? Ya kan? Jadi aku mohon, segera palingkan lagi dirimu membelakangiku, lanjutkan saja langkahmu, dan jangan pernah lagi menoleh ke arahku, karena jika itu kau lakukan mungkin aku takkan sanggup menahan diriku lagi. Aku berjanji aku akan baik-baik saja. Bukankah sejak awal aku bahkan tidak pernah memilikimu sedetikpun? Jadi yang harus aku lakukan hanyalah berusaha mengikhlaskanmu pergi, seperti yang selama ini sudah aku lakukan, hanya saja kali ini untuk selamanya. Tapi aku ingin kau tau bahwa aku juga akan mendoakan semoga kau selalu bahagia dan selalu dikelilingi oleh cinta, dan jika boleh, kabulkanlah keinginan terakhirku, bolehkah aku menitipkan kisah cinta kita dalam kebahagiaanmu? Cukup ingat aku sebagai masa lalumu, cukup sediakan sedikit saja ruang di hatimu, tak perlu luas, aku hanya minta sedikit saja agar kau tak pernah melupakanku, setidaknya aku ini pernah jadi sahabatmu kan? Tidak bisakah aku meninta sedikit imbalan untuk itu? Tidak bisakah kau melakukannya untuk seorang mantan sahabat? Aku akan sangat berterima kasih padamu jika kau mau menyimpan kenangan kita di hatimu. Karena hanya bersama kenangan itulah aku bisa tinggal di dalam hatimu.


By: Siput Maniz
September 4th, 2011